Senin, 21 November 2016

POLA PANGAN HARAPAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
     Pangan merupakan kebutuhan dasar yang pemenuhannya menjadi dasar hak asasi rakyat Indonesia untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional.  terjadinya kondisi kelebihan dan kekurangan zat gizi dapat menyebabkan turunnya kualitas, adapun sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya yang memiliki hidup yang sehat dan produktif. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat di peroleh  dengan memenuhi kebutuhan zat gizi yang di perluakan oleh tubuh, hal ini dapat diperoleh dengan memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup dan seimbang. Salah satu parameter yang digunakan dalam meniali tingkat  keseimbangan pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH) yaitu komposisi dari kelompok pangan  untuk yang sesuai dengan daya terima yang sehingga bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya  (FAO-RAPA 1989 dalam Hardinsyah er al. 2012).
Penilaian kualitas konsumsi pangan dihasilkan melalui perhitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama ini hanya di gunakan untuk rumah tangga dan daerah dengan menggunakan data ketersediaan pangan NBM dan konsumsi rumah tangga Susenas (BPS), dan perhitungan ini belum dilakukan pada individu. Peritungan kecukupan setiap zat gizi selama ini digunakan untuk penilaian konsumsi  gizi individu, hal ini lebih rumit karena perlu mengitung masing-masing zat gizi dan tidak dapat terinterpretasikan berupa satu indeks atau skor. Hal ini bertujuan untuk menilia mutu oangan dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa usia 19-49  tahun di Indonesia. Sehingga diharapkan dapat memberikan informasi dan evaluasi bagi semua dalam memperhatikan pola konsumsi pangan dan asupan zat gizi yang seimbang dalam pemenuhan kecukupan gizi.

1.2.Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan skor pola pangan harapan
2.      Sebutkan Kegunaan Pola Pangan Harapan
3.      Sebutkan Langkah-langkah perhitungan skor Pola Pangan Harapan
4.      Sebutkan faktor faktor yang berhubungan dengan pola pangan harapan
5.      Sebutkan kelompok bahan dalam pola pangan harapan

1.3.Tujuan
1.      Dapat menjelaskan tentang skor pola pangan harapan
2.      Dapat mengetahui kegunaan dan tujuan  Pola Pangan Harapan
3.      Dapat mengetahui  langkah-langkah perhitungan skor Pola Pangan Harapan
4.      Dapat mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pola pangan harapan
5.      Dapat mengatahui kelompok bahan dalam pola pangan harapan










BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Pola Pangan  Harapan
Pola Pangan Harapan (Desirable Dietary Pattern) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan (Yayuk Farida Baliwati, 2004:75). Pola pangan harapan (PPH) adalah komposisi atau susunan pangan atau kelompok pangan yang didasarkan pada kontribus energinya baik mutlak maupun relative yang memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek social, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.

-          Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman
-          Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu
-          Pola konsumsi pangan adalah susuan makan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makan rata-rata perorang/hari yang umum dikonsumsi penduduk dalam jangka waktu tertentu.
-          Pengembangan pola konsumsi pangan adalah perubahan susunan makan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makan yang umum dikonsumsi penduduk dalam jangka waktu tertentu sehingga sesuai dengan norma mutu dan keragaman pangan yakni pola pangan harapan (PPH)


2.2.      Tujuan dan Kegunaan  PPH
1.      Tujuan Pola Pangan Harapan (PPH) pertama kali diperkenalkan oleh FAO-RAPA pada tahun 1988, yang kemudian dikembangkan oleh departemen pertanian republic Indonesia melalui tahap workshop yang diselenggarakan Departemen Pertanian bekerja sama dengan FAO. Tujuan utama penyusunan PPH adalah untuk membuat suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang dianjurkan, yang terdiri dari kombinasi aneka ragam pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai cita rasa. Untuk pertama kali, PPH untuk kawasan Asia Pasifik dikembangkan berdasarkan data pola pangan (pola ketersediaan pangan) dari neraca bahan pangan karena bahan inilah yang mudah tersedia dan tersedia secara berkala setiap tahun. Sementara data konsumsi pangan dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik tidak tersedia secara terbuka. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah untuk menghasilkan suatu komposisi normal atau (standart) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (Nutricional Balance) didukung oleh cita rasa (Porlability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat (Acceptability), kualitas dan kemampuan daya beli (Affeadebility).
2.      Kegunaan Pola Pangan Harapan PPH adalah sebagai berikut :
-          sebagai instrumen menilai ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi pangan menurut jenis pangan
-          disamping itu juga berguna sebagai basis untuk perhitungan skor pola pangan harapan (PPH) yang digunakan sebagai indikator mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan maupun tingkat konsumsi
-          untuk perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan

a.                   Langkah-langkah perhitungan skor PPH dilakukan dengan:
1.      Menghitung jumlah energi masing-masing kelompok bahan makanan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan.
2.      Menghitung prosentase energi masing-masing kelompok bahan makanan tersebut terhadap total energi (kalori) per hari dengan rumus
                                               
                                       Energi Kelompok Masing-Masing
                                                        Bahan Makan
% Terhadap Total Kalori =                                                               X 100%
                                               Jumlah Total Energi

3.      Menghitung skor PPH tiap kelompok bahan makanan dengan rumus: Skor PPH kelompok bahan makanan = % terhadap energi x bobot
4.       Menjumlahkan skor PPH semua kelompok bahan makanan sehingga diperoleh skor PPH. Bobot untuk masing-masing kelompok bahan
Makanan

b.               Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pangan Harapan
1.      Besar Anggota Keluarga
Keluarga Merupakn satuan kecil dari masyarakat. Kebiasaan makan sesorang sangat dipengahuri oleh latar belajang keluarga. Pemeritah berusah meningkatkan status gizi masyarakat dengan meningkatkan status gizi keluarga. Upaya yang dilakukan melalui program UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) yang dimulai sejak tahun 1963. Hubungan antara laju kalahiran yang tingga dan kurang gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga yang sangat miski akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga , tetapi tidak cukup mencegah gangguan gizi pada kelaurga besar tersebut, (Suhardjo, 1986:28). Pada keluarga miskin anak-anak yang tumbuh paling rawan terhadap kurang gizi dianatar seluruh anggoota keluarga dan anak paling kecil biasanya paling terpengaruh oelh kekurangan pangan.  Dengan kelompok rawan gizi adalah anak-anak, wanita hamil atau wanita menyusui. Oleh karena itu semua program masyarakat perlu menekankan pentingnya keluarga berenca dalam pembatasan penduduk, sehingga  dapat menekan cukup pangan guan menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan kesehatan keluarga. Bila keluarga berencana (KB) terwujud maka ketersediaan konsumsi pangan akan terpenuhi sehingga status gizi akan lebih  baik sehingga dapat ditujukkan untuk meningkatkan skor PPH (Suhardjo, 1986:28

2.      Pengetahuan Gizi
Definisi Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:128). Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain. Faktafakta kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori sesuai dengan fakta yang dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut kemudian digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dan kemasyarakatan yang lain (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:128).
-          Tahu (know), Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
-          Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi trsebut secara benar.
-          Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disisni dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
-          Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponenkomponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
3.      Tingkat Pendidikan
Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi, Pertimbangan kebutuhan fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan psikis. Tetapi umumnya akan terjadi kompromi antara kebutuhan psikis dan kebutuhan fisiologis tubuh, sehingga terdapat komposisi hidangan yang memenuhi kebutuhan kepuasan psikis maupun kebutuhan fisiologis tubuh. Maka hidangan akan mempunyai sifat lezat disamping memiliki nilai gizi yang tinggi (Achmad Djaeni S, 2000:3).
4.      Tingkat Pendapatan
Keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan, bila kebutuhan-kebutuhan akan gizi tidak terpenuhi maka akan menimbulkan masalah-masalah gizi (Yayuk Farida Baliwati, 2004:70). Masalah gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor yangsaling berpengaruh secara komplek.
5.      Pengeluaran pangan rumah tangga
Pengeluaran pangan rumah tangga merupakan salah satu indikator ketahanan pangan rumah tangga. Pengeluaran total rumah tangga juga dapat dipandang sebagai pendekatan pendapatan rumah tangga, oleh karena itu pemahaman pola pengeluaran (pangan dan non pangan) dapat dijadikan salah satu indikator ketahanan rumah tangga (Suhardjo, 1996:77).
6.      Pantangan makan
Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun temurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan, menyajikan, dan makan makanan. Adat dan tradisi merupakan dasar dari perilaku tersebut, yang biasanya sekurang-kurangnya dalam beberapa hal berbeda diantara kelompok satu dengan kelompok lain. Dengan demikian walaupun kelaparan dapat ditentukan secara biologis, pada umumnya kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung dalam pangan. Kebiasaan ini berasal dari pola pangan yang diterima budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga.
c.        Bahan Pola Pangan Harapan
Data konsumsi pangan dikelompokkan sesuai dengan pengelompokkan yang ada didalam Pola Pangan Harapan. Pengelompokkan tersebut disederhanakan menjadi 9 kelompok bahan pangan yaitu kelompok :
1
Padi
:
Beras, jagung, terigu
2.
Umbi-umbian
:
Ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu dan umbi lainnya
3.
Pangan Hewani
:
Daging, telur, susu dan ikan
4.
Minyak dan lemak
:
Minyak kelapa, minyak lainnya
5.
Buah biji berminyak
:
Kelapa, kemiri, jambu mete dan coklat
6.
Kacang-kacangan
:
Kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah dan kacang lainnya
7.
Gula
:
Gula pasir dan gula merah
8.
Sayur dan Buah
:
Semua jenis sayuran dan buah-buahan
9.
Lain-lain
:
Bumbu-bumbuan, makanan dan minuman yang mengandung alkohol, teh, kopi, sirup, dll.



BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
Pola pangan harapan (PPH) adalah komposisi atau susunan pangan atau kelompok pangan yang didasarkan pada kontribus energinya. Penilaian kualitas konsumsi pangan dihasilkan melalui perhitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama ini hanya di gunakan untuk rumah tangga dan daerah dengan menggunakan data ketersediaan pangan NBM dan konsumsi rumah tangga Susenas (BPS), dan perhitungan ini belum dilakukan pada individu. Hal ini bertujuan untuk menilia mutu pangan dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa usia 19-49 tahun di Indonesia. Sehingga diharapkan dapat memberikan informasi dan evaluasi bagi semua dalam memperhatikan pola konsumsi pangan dan asupan zat gizi yang seimbang dalam pemenuhan kecukupan gizi. Tujuan Pola Pangan Harapan (PPH) adalah untuk menghasilkan suatu komposisi normal atau (standart) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (Nutricional Balance) didukung oleh cita rasa (Porlability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat (Acceptability), kualitas dan kemampuan daya beli (Affeadebility). Kegunaan Pola Pangan Harapan (PPH) adalah sebagai instrumen menilai ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi pangan menurut jenis pangan, berguna sebagai basis untuk perhitungan skor pola pangan harapan (PPH) yang digunakan sebagai indikator mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan maupun tingkat konsumsi untuk perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan.




3.2.      Saran
       Sebaiknya kita harus selalu mengonsumsi bahan pangan yang baik dan sehat sehingga status kesehatan dapat meningkat dan keberlangsungan hidup bisa terjamin. Dengan adanya Pola Pangan dan Harapan pemerintah harus terus meningkatkan ketersediaan pangan sehingga peningkatan status kesehatan di masyarakata akan meningakat dan menjadi semakin baik serat masyarakat harus terus membantu dan menopang program-program yang telah dibuat oleh pemerintah untuk peningkatan Pola Pangan Harapan yang lebih baik.
                                                                                            


















DAFTAR PUSAKA





http://repository.unand.ac.id/5439/1/IMG.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar